Modul 2
STABILITA
TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu, untuk :
Menentukan tingkat reaksi penguraian suatu zat
Menentukan energy aktivasi dari reaksi penguraian suatu zat
Menentukan waktu kadaluarsa suatu zat
Menggunakan data kinetika kimia untuk memperkirakan kestabilan suatu zat
Menerangkan faktor- faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat
LANDASAN TEORI
Proses laju merupakan hal dasar yang perlu diperhatikan bagi setiap orang yang berkaitan dengan bidang kefarmasian, mulai dari pengusaha obat sampai ke pasien. Pengusah obat harus dengan jelas menunjukan bahwa bentuk obat atau sediaan yang dihasilkan cukup stabil sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama, dimana obat tidak berubah menjadi zat tidak berkhasiat atau racun. Ahli farmasi harus mengetahui ketidakstabilan potensial dari obat yang dibuatnya. Dokter dan penderita harus diyakinkan bahwa obat yang ditulis atau digunakannya akan sampai pada tempat pengobatan dalam konsentrasi yang cukup untuk mencapai efek pengobatan yang diinginkan. Beberapa prinsip dan proses laju yang berkaitan dimasukan dalam rantai peristiwa ini :
Kestabilan dan tak tercampurkan.
Proses laju umumnya adalah sesuatu yang menyebabakan ketidakaktifan obat melalui penguraian obat atau melalui hilangnya khgasiat obat karena perubahan bentuk fisik dan kimia yang kurang diinginkan dari obat tersebut.
Disolusi
Disini yang diperhatikan terutama kecepatan berubahnya obat dalam bentuk sediaan obat menjadi bentuk larutan molekular.
Proses absorpsi, distribusi dan eliminasi
Beberapa proses ini berkaitan dengan laju absorpsi obat kedalam tubuh, laju distribusio obat dalam tubuh dan laju pengeluaran obat setelah proses distribusi dengan berbagai faktor seperti metabolisme, penyimpanan dalam organ tubuh lemak dan melalui jalur-jalur penglepasan.
Kerja obat pada tingkat molekular
Obat dapat dibuat dalam bentuk yang tepat dengan menganggap timbulnya respon dari obat merupakan suatu proses laju.
Stabilitas adalah kemampuan suatu produk untuk bertahan dalam batas yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan.
Uji stabilitas dimaksudkan untuk menjamin kualitas produk yang telah diluluskan dan beredar di pasaran. Dengan uji stabilitas dapat diketahui pengaruh faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban terhadap parameter–parameter stabilitas produk seperti kadar zat aktif, pH, berat jenis dan net volume sehingga dapat ditetapkan tanggal kedaluwarsa yang sebenarnya. Berdasarkan durasinya, uji stabilitas dibagi menjadi dua, yakni:
Uji stabilitas jangka pendek (dipercepat)
Uji stabilitas jangka pendek dilakukan selama 6 bulan dengan kondisi ekstrim (suhu 40±20C dan Rh 75% ± 5%). Interval pengujian dilakukan pada bulan ke – 3 dan ke-6.
Uji stabilitas jangka panjang (real time study)
Uji stabilitas jangka panjang dilakukan sampai dengan waktu kedaluwarsa produk seperti yang tertera pada kemasan. Pengujiannya dilakukan setiap 3 bulan sekali pada tahun pertama dan setiap 6 bulan sekali pada tahun kedua. Pada tahun ketiga dan seterusnya, pengujian dilakukan setahun sekali. Misalkan untuk produk yang memiliki ED hingga 3 tahun pengujian dialkukan pada bulan ke-3, 6, 9, 12, 18, 24 dan 36. Sedangkan produk yang memiliki ED selama 20 bulan akan diuji pada bulan ke-3, 6, 9, 12, 18 dan 20.
Faktor yang mempengaruhi stabilitas setiap bahan baku, baik bahan yang memberikan efek terapi atau bahan tambahan dapat mempengaruhi stabilitas.
Faktor utama lingkungan dapat menurunkan stabilitas diantaranya :
Temperatur yang tidak sesuai, cahaya, kelembaban, oksigen dan karbondioksida.
Faktor utama yang mempengaruhi stabilitas adalah
Ukuran partikel
pH, kelarutan
Ketercampuran anion dan kation
Kekuatan larutan ionik
Bahan tambahan kimia
Bahan pengikat molekular dan difusi bahan tambahan.
Jika sebelum uji stabilitas dipercepat tidak memeperlihatkan adanya perubahan.
Stabilitas maka dapat dilanjutkan dengan melakukan uji terhadap penyimpanan yang berguna untuk mengetahui perubahan yang terjadi selama proses pendistribusian, pada proses transportasi apabila produk ini akan dipasarkan dan juga pada saat produk sampai di tangan konsumen. Untuk memastikan berbagai fungsi sediaan telah sesuai maka sangatlah penting untuk mengamati setiap perubahan yang terjadi, baik perubahan fisik maupun perubahan struktur kimia.
Perubahan kimia : perubahan warna, perubahan bau dan pembentukan kristal, perubahan kadar dapat dilakukan uji toksisitas dengan melakukan evaluasi kimia dilihat dari uji mutu.
Perubahan fisik : pemisahan, pengendapan, agregasi, penguapan, cracking dapat dilakukan uji toksisitas dengan melakukan evaluasi fisika.
Secara mikrobiologi: yaitu terjadinya pertumbuhan bakteri, jamur dapat dilakukan uji toksisitas dengan melakukan evaluasi mikrobiologi.
MONOGRAFI ZAT AKTIF
Zat aktif yang digunakan pada saat praktikum adalah Indometasin, dengan monografi sebagai berikut (Farmakope Indonesia, Ed. IV, 1995. Hal 461) :
INDOMETHACINUM
Indometasin
Asam 1-(p-klorobenzoil)-5-metoksi-2-metilindola-3-asetat
C19H16ClNO4 BM 357,79
Indometasin mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 % C19H16ClNO4, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian Serbuk hablur, polimorf kuning pucat hingga kuning kecoklatan; tidak berbau atau hampir tidak berbau. Peka terhadap cahaya; meleleh pada susu lebih kurang 162o.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter.
Penetapan kadar Lakukan penetapan kadar dengan cara Kromatografi lapis tipis.
Fase gerak
Buat larutan natrium fosfat monobasa 0,01 M dan natrium fosfat dibasa 0,01 M dalam campuran asetonitril P-air (lebih kurang 1:1).
Larutan baku
Timbang saksama sejumlah Indometasin BPFI, larutkan dalam Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per ml.
Larutan uji
Timbang sakasama lebih kurang 100 mg, masukkan ke dalam labu ukur 100 ml, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Pipet 10 ml larutan ke dalam labu ukur 100 ml, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
Sistem kromatografi
Kromatograf cara kinerja tinggi dilengkapi dengan detector 254 nm dan kolom 4 mm x 30 cm berisi bahan pangan L1 dengan ukuran partikel 10 µm. laju aliran lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam respons puncak seperti yang tertera pada Prosedur : efesiensi kolom ditentukan dari puncak analit tidak kurang dari 500 lempeng teoritis dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak leih dari 1,0 %.
Prosedur
Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 20 µl) lAutama. Hitung jumlah dalam mg, C19H16ClNO4 dengan rumus :
1000 C ( ru/rs )
C adalah kadar Indometasin BPFI dalam mg per ml
Larutan baku : ru dan rs berturut- turut adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan baku.
Wadah dan penyimpanan dalam wadah tidak tembus cahaya.
Khasiat dan penggunaan antiinflamasi
ALAT DAN BAHAN
Alat
- Vial - Spektrofotometer UV
Gelas ukur 100ml - Gelas kimia 100ml
Gelas Ukur 50ml - Corong
Labu ukur 100ml - Stopwatch
Oven - Botol semprot
Lemari es
Kertas saring
Pipet tetes
Pipet
Bahan
Indometasin
Aquadest
Kalium dihidrogen fosfat 0,1 M
NaOH 0,1 N
Dapar Fosfat
Etanol
PENIMBANGAN BAHAN
Pembuatan spektrum absorpsi dan kurva kalibrasi
Diketahui:
Larutan indometasin yang diinginkan adalah 4mg/100 ml = 0,04 mg/ml.
Konsentrasi larutan stok adalah 100mg/5o ml = 2 mg/ml
Maka banyaknya larutan stok yang dibutuhkan untuk membuat larutan indometasin 0,04 mg/ml (X) adalah:
0,04 . 100 = 2 . X
X = 2 ml
PROSEDUR KERJA
Pengaruh Suhu terhadap Kestabilan Larutan Indometasin
Penyiapan larutan dapar (dapar fosfat)
Campurkan
Tambahkan air suling sampai 100 ml.
Pembuatan Spektrum Absorbsi dan Kurva Kalibrasi
Membuat larutan Indometasin:
Larutkan dengan
Tambahkan air suling bebas karbondioksida sampai 50 ml.
Pipet larutan stok sebanyak 0,3ml; 0,5ml; 1,0ml; 1,5ml; 2,0ml; dan 3,0.
Dimasukan ke dalam labu ukur 100 ml.
Ditambahkan larutan dapar pH 8 sampai tepat 100 ml.
Penentuan Stabilitas Larutan Indometasin
Mengukur konsentrasi Indometasin sisa dalam larutan pada waktu-waktu tertentu.
Buat dengan larutan stok:
Dimasukan kedalam 36 vial.
Simpan di dalam oven bersuhu 600C, 700C, 800C (@suhu 12 vial)
Ambil lalu dinginkan kedalam lemari es selama 10 menit unrtuk menghentikan reaksi penguraian.
Tentukan absorbansi dengan spektrofotometri pada = 320 nm.
Tentukan pula konsentrasi dengan persamaan regresi kurva kalibrasi.
Diambi 2 vial dari tiap suhu.
Tentukan konsentrasi Indometasin sisa setelah waktu 1,2,3,4,5, dan 6 jam tersebut.
Penentuan Waktu Kadaluarsa Larutan Indometasin.
Tahap perhitungannya:
Tentukan tingkat/orde reaksi penguraian dengan metode subsitusi/grafik.
Hitung energi aktivasi ( Ea ) dengan menggunakan persamaan arrhenius.
Tentukan K pada suhu kamar.
Hitung kadaluarsa Larutan Indometasin tersebut pada suhu kamar apabila larutan tersebut dianggap sudah tidak dapat digunakan lagi bila telah terurai sebanyak 10 %.
HASIL PENGAMATAN
a. Pengaruh Suhu terhadap Kestabilan Larutan Indometasin
2. Pembuatan Spektrum Absorbsi dan Kurva Kalibrasi
b. Larutan Indometasin 4 mg/100 ml
λx = 322,5 nm
Absorbansi = 0,6284
Konsentrasi mg/100 ml Absorbansi
0,4 0,3956
1 0,4037
2 0,5935
3 0,7624
4 0,8975
6 1,0235
c.
b. Penentuan Stabilitas Larutan Indometasin
- Suhu 60°
t (menit) Absorbansi Ā
0 0,9944 0,9483
0,9022
30 0,9524 0,92245
0,8925
60 0,8730 0,82785
0,7827
90 0,7457 0,7357
0,7257
120 0,6524 0,6578
0,6632
Suhu 70°
t (menit) Absorbansi Ā
0 0,8629 0,8935
0,9241
30 0,818 0,7731
0,7282
60 0,7264 0,72405
0,7217
90 0,6721 0,6672
0,6623
120 0,5790 0,586
0,5930
Suhu 80°
t (menit) Absorbansi Ā
0 0,8870 0,8517
0,8164
30 0,7326 0,7556
0,7786
60 0,6799 0,67756
0,6752
90 0,6930 0,67985
0,6667
120 0,5030 0,4978
0,4926
PERHITUNGAN
Penentuan Konsentrasi dari absorbansi
Suhu 60⁰
10 menit
A1 = 0,9944
A2 = 0,9022
Y1 = 0,123 x1 + o,343
0, 9944 = 0,123 x1 + 0,343
X1 = 5,29
Y2 = 0,123 x1 + o,343
0,9022 = 0,123 x1 + 0,343
X2 = 4,546
X rata-rata = 4,9211
30 menit
A1 = 0,9524
A2 = 0, 8925
Y1 = 0,123 x1 + o,343
0,9524 = 0,123 x1 + 0,343
X1 = 4,95
Y2 = 0,123 x1 + o,343
0, 8925 = 0,123 x1 + 0,343
X2 = 4,467
X rata-rata = 4,7109
60 menit
A1 = 0,8730
A2 = 0, 7827
Y1 = 0,123 x1 + o,343
0, 8730 = 0,123 x1 + 0,343
X1 = 4,31
Y2 = 0,123 x1 + o,343
0, 7827 = 0,123 x1 + 0,343
X2 = 3,575
X rata-rata = 3, 9419
90 menit
A1 = 0, 7457
A2 = 0, 7257
Y1 = 0,123 x1 + o,343
0, 7457 = 0,123 x1 + 0,343
X1 = 3, 28
Y2 = 0,123 x1 + o,343
0, 7257 = 0,123 x1 + 0,343
X2 = 3, 195
X rata-rata = 3, 1927
120 menit
A1 = 0, 6254
A2 = 0, 6632
Y1 = 0,123 x1 + o,343
0, 6254 = 0,123 x1 + 0,343
X1 = 2, 515
Y2 = 0,123 x1 + o,343
0, 6632 = 0,123 x1 + 0,343
X2 = 2, 603
X rata-rata = 2, 5593
Suhu 70⁰
10 menit
A1 = 0,8629
A2 = 0,9241
Y1 = 0,123 x1 + o,343
0, 8629 = 0,123 x1 + 0,343
X1 = 4, 226
Y2 = 0,123 x1 + o,343
0,9241 = 0,123 x1 + 0,343
X2 = 4, 724
X rata-rata = 4,4756
30 menit
A1 = 0,818
A2 = 0, 7282
Y1 = 0,123 x1 + o,343
0,818 = 0,123 x1 + 0,343
X1 = 3, 862
Y2 = 0,123 x1 + o,343
0, 7282 = 0,123 x1 + 0,343
X2 = 3, 132
X rata-rata = 3, 4967
60 menit
A1 = 0,7264
A2 = 0, 7217
Y1 = 0,123 x1 + o,343
0, 7264 = 0,123 x1 + 0,343
X1 = 3, 409
Y2 = 0,123 x1 + o,343
0, 7217 = 0,123 x1 + 0,343
X2 = 3, 078
X rata-rata = 3, 0979
90 menit
A1 = 0, 6721
A2 = 0, 6623
Y1 = 0,123 x1 + o,343
0, 6721 = 0,123 x1 + 0,343
X1 = 2, 675
Y2 = 0,123 x1 + o,343
0, 6623 = 0,123 x1 + 0,343
X2 = 2, 596
X rata-rata = 2, 6357
120 menit
A1 = 0, 5790
A2 = 0, 5930
Y1 = 0,123 x1 + o,343
0, 5790 = 0,123 x1 + 0,343
X1 = 1, 918
Y2 = 0,123 x1 + o,343
0, 5930 = 0,123 x1 + 0,343
X2 = 2, 0325
X rata-rata = 1, 9756
Suhu 80⁰
10 menit
A1 = 0,8870
A2 = 0,8164
Y1 = 0,123 x1 + o,343
0, 8870 = 0,123 x1 + 0,343
X1 = 4,42
Y2 = 0,123 x1 + o,343
0,8164 = 0,123 x1 + 0,343
X2 = 3, 848
X rata-rata = 4, 1375
30 menit
A1 = 0,7326
A2 = 0, 7786
Y1 = 0,123 x1 + o,343
0,7326 = 0,123 x1 + 0,343
X1 = 3,167
Y2 = 0,123 x1 + o,343
0, 7786 = 0,123 x1 + 0,343
X2 = 3,541
X rata-rata = 3,3545
60 menit
A1 = 0,6799
A2 = 0, 6752
Y1 = 0,123 x1 + o,343
0, 6799 = 0,123 x1 + 0,343
X1 = 2, 7319
Y2 = 0,123 x1 + o,343
0, 6752 = 0,123 x1 + 0,343
X2 = 2,7
X rata-rata = 2, 72
90 menit
A1 = 0, 6930
A2 = 0, 6667
Y1 = 0,123 x1 + o,343
0, 6721 = 0,123 x1 + 0,343
X1 = 2, 845
Y2 = 0,123 x1 + o,343
0, 6667 = 0,123 x1 + 0,343
X2 = 2,63
X rata-rata = 2,738
120 menit
A1 = 0, 5030
A2 = 0, 4926
Y1 = 0,123 x1 + o,343
0, 5030 = 0,123 x1 + 0,343
X1 = 1,3
Y2 = 0,123 x1 + o,343
0, 4926 = 0,123 x1 + 0,343
X2 = 1, 216
X rata-rata = 1, 258
Penentuan waktu kadaluarsa
Nilai Ea dari grafik
Slope = -Ea/R
382 = -Ea/8,314
Ea = - 45,95 KJ
Nilai K pada suhu kamar
ln K = ln A – Ea/R . 1/T
= -0, 865 – 382 . 1/298
= - 1, 285
K = 0, 277
Waktu kadaluarsa
Ct = Co – Kt
0,9 = 1 – o,277t
0,9 -1 = - 0, 277t
t = 0, 36 bulan
t = 11 hari
GRAFIK
Kurva kalibrasi antara konsentrasi dan absorbansi
Grafik antara konsentrasi dan absorbansi
Orde reaksi
Suhu 60⁰
Orde 0 Orde 1
Orde 2
Suhu 70⁰
Orde 0 Orde 1
Orde 2
Suhu 80⁰
Orde 0 Orde 1
Orde 2
Dari data R grafik, R yang mendekati 1 dari tiap suhu ditunjukkan pada grafik orde 0, sehingga laju reaksi berorde 0.
Grafik antara ln K dan 1/T
PEMBAHASAN
Pengaruh konsentrasi zat terhadap nilai absorbansi
Absorbansi adalah suatu ukuran dimana suatu larutan dapat menyerap cahaya yang dilewatkan dengan panjang gelombang tertentu. Menurut literatur nilai absorbansi yang didapat dari pengujian dengan alat spektrofotometri ini akan meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi suatu zat. Pada saat percobaan, dilakukan uji penentuan nilai absorbansi larutan indometasin dengan konsentrasi 0,4, 1, 2, 3, 4, dan 6mg/100 ml. Setelah diukur dengan spektrofotometri nilai absorbansi yang didapat adalah 0,3956, 0,4037, 0,5935, 0,7624, 0,8975, 1,0235. Hal tersebut menunjukkan kesesuaian antara hasil pengamatan dengan literatur yang menunjukkan bahwa konsentrasi suatu zat berbanding lurus dengan nilai absorbansinya.
Setelah dilakukan percobaan dan dibuat kurva antara nilai konsentrasi dan nilai absorbansi, nilai R2 yang didapat adalah 0,959. Angka tersebut cenderung sedikit jauh dengan angka 1 yang seharusnya didapat. Hal tersebut dikarenakan pada saat pembuatan larutan terjadi kesalahan, yaitu ketika dilakukan pengambilan larutan stok tidak semua volume larutan stok yang diambil menggunakan pipet volume, tetapi ada yang menggunakan labu ukur, sehingga konsentrasi zat yang diukur kurang akurat.
Pengaruh suhu terhadap kestabilan larutan indometasin
Berdasarkan literatur suhu dan kestabilan suatu zat berbanding terbalik, artinya semakin tinggi suhu maka kestabilannya akan berkurang. Hal tersebut terjadi karena jika suhu semakin meningkat akan mempercepat reaksi penguraian suatu zat sehingga kestabilannya berkurang. Setelah dilakukan percobaan terhadap larutan indometasin 0,04mg/ml dengan suhu 60°, 70°, dan 80° nilai absorbansi yang diukur dengan spektrofotometri semakin menurun seiring dengan peningkatan suhu. Absorbansi merupakan suatu nilai dimana suatu larutan dapat menyerap cahaya yang dilewatkan dengan panjang gelombang tertentu, sehingga nilai absorbansi akan sebanding dengan konsentrasi suatu zat. Apabila nilai absorbansi suatu zat menurun seiring dengan peningkatan suhu, maka konsentrasinyapun semakin berkurang dan kestabilannya juga berkurang. Hasil percobaan yang dilakukan sesuai dengan literatur yang dipaparkan, dimana suhu yang semakin tinggi akan menurunkan kestabilan suatu zat.
Penentuan stabilitas larutan indometasin
Pada percobaan ini dilakukan uji stabilitas larutan indometasin terhadap suhu dan waktu penguraian. Berdasarkan literatur semakin tinggi suhu dan semakin lama waktu penguraian, maka kestabilan suatu zat akan menurun. Hal tersebut terjadi karena peningkatan suhu akan memperepat waktu penguraian, sehingga jika suhu meningkat maka zat akan terurai lebih cepat dan konsentrasinya semakin berkurang. Waktu yang semakin meningkat, akan membuat penguraian suatu zat cenderung lebih lama sehingga zat yang terurai akan semakin banyak dan konsentrasi zat akan berkurang seiring dengan peningkatan waktu penguraian.
Percobaan dilakukan pada suhu yang berbeda yaitu 60°, 70°, dan 80°, sedangkan waktu penguraian dimulai dari 10 menit sampai 2 jam. Semakin meningkat suhu dan waktu nilai absorbansi yang didapat semakin kecil, meskipun ada kesalahan pada saat menit ke 90 pada suhu 70° dan 80° nilai absorbansi nya lebih dari nilai absorbansi pada menit ke 60. Hal tersebut terjadi karena larutan tidak langsung diukur dengan spektrofotometri tepat setelah waktu penguraian, sehingga nilai absorbansi yang didapat tidak akurat.
Penentuan waktu Kadaluarsa zat indometasin
Untuk menentukan waktu kadaluarsa suatu zat, terlebih dahulu harus diketahui orde reaksi penguraian, energi aktivasi (Ea), dan nilai tetapan laju reaksi (K) pada suhu kamar. Setelah dilakukan percobaan dengan membandingkan grafik orde reaksi 0 sampai orde reaksi 2 pada suhu 60°, 70°, dan 80°. Nilai R yang didapat kemudian dibandingkan dan nilai R yang paling mendekati 1 adalah pada grafik orde 0, sehingga orde reaksi penguraian indometasin adalah orde o.
Setelah didapat orde reaksi yaitu orde 0, maka nilai Energi aktivasi (Ea) adalah -45, 946 KJ. Energi aktivasi adalah energi yang harus dilampaui agar reaksi kimia dapat terjadi. Energi aktivasi bisa juga diartikan sebagai energi minimum yang dibutuhkan agar reaksi kimia tertentu dapat terjadi. Hasil percobaan menunjukkan Ea yang negatif yang menunjukkan energi yang dibutuhkan agar reaksi penguraian terjadi jumlahnya minimum, sehingga tidak perlu katalis untuk mempercepat penguraian. Beberapa reaksi penguraian biasanya nilai energinya besar, hasil energi aktivasi yang didapat kemungkinan dipengaruhi oleh konsentrasi larutan yang dibuat tidak terlalu akurat karena ada beberapa zat yang diambil tidak menggunakan pipet volume.
Setelah didapat nilai Ea, maka didapat nilai K pada suhu kamar, dan didapat nilai K adalah 0,277. Setelah didapat nilai K pada suhu kamar maka waktu kadaluarsa larutan indometasin tersebut pada suhu kamar dapat dihitung. Apabila larutan tersebut dianggap sudah tidak dapat digunakan lagi apabila telah terurai sebanyak 10%, didapat waktu kadaluarsa larutan indometasin adalah 11 hari. Waktu kadaluarsa zat yang didapat sangat singkat, biasanya zat memiliki waktu kadaluarsa yang cukup lama sekitar 1- 2 tahun.
KESIMPULAN
Nilai absorbansi adalah berbanding lurus dengan konsentrasi zat;
Semakin tinggi suhu nilai absorbansi semakin berkurang;
Semakin lama waktu penguraian semakin kecil nilai absorbansi;
Semakin kecil nilai absorbansi, semakin kecil pula konsentrasi zat, dan zat tersebut semakin tidak stabil;
Orde reaksi penguraian adalah orde 0;
Energy aktivasi adalah -45, 496 kj;
Nilai konstanta laju (K) pada suhu kamar adalah 0,277;
Waktu kadaluarsa zat adalah 11 hari.
DAFTAR PUSTAKA
Martin, A et.al. 1993. Farmasi Fisika. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Depkes RI.
Kanginan, Marthin. 2000. Fisika. Jakarta : Erlangga.
http://pharmpress.com. Diakses pada tanggal 29 April 2011.
http://scribd.com/ stabilitas obat. Diakses pada tanggal 29 April 2011.
Mengesahkan Bandung, 4 Mei 2011
Asisten Penanggungjawab Kelompok, Nilai Laporan Praktikum,
________________________________ ______________________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar