SISTEM PENCERNAAN
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Dapat menjelaskan proses pencernaan kimiawi di mulut
2. Dapat menjelaskan proses pencernaan kimiawi di lambung oleh enzim pepsin
3. Dapat menjelaskan kondisi optimum yang diperlukan bagi aktivitas kerja pepsin
4. Dapat menjelaskan proses pencernaan kimiawi di usus halus.
B. TEORI DASAR
i. Sistem Pencernaan
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu. Mulut merupakan persinggahan pertama untuk makanan saat melalui proses pencernaan. Dalam mulut terdapat enzim yang membantu proses pencernaan secara mekanik, yang dilakukan oleh gigi serta dibantu oleh lidah dan air ludah.
Seperti telah kita ketahui, dalam mulut makanan dikunyah secara mekanik oleh gigi, juga dibantu oleh lidah yang berfungsi membolak-balik makanan yang sedang dikunyah. Air ludah berfungsi untuk memberikan kelembapan dalam mulut, sehingga proses pengunyahan berlangsung lebih cepat.
Pada lambung, sistem pencernaan dilakukan secara mekanik dan kimiawi, Sekretin yaitu hormon yang merangsang pankreas untuk mengeluarkan sekretnya dan Renin yaitu enzim yang mampu menggumpalkan Kasein (sejenis protein) dalam susu. Kemudian system pencernaan di dalam usus, dalam Duodenum terdapat getah pankreas (bersifat basa) yang mengandung Steapsin (Lipase), Amilase dan Tripsinogen. Enterokinase adalah suatu aktivator enzim. Dalam usus halus makanan diabsorbsi. Usus memperluas bidang penyerapan dengan melakukan jonjot usus (Villi).Dalam usus besar (Kolon), air direabsorbsi serta sissa makanan dibusukkan menjadi feses selanjutnya dibuang melalui anus (Proses Defekasi).
ii. Gangguan Sistem Pencernaan
Penyakit pencernaan adalah semua penyakit yang terjadi pada saluran pencernaan. Penyakit ini merupakan golongan besar dari penyakit pada organ esofagus, lambung, duodenum bagian pertama, kedua dan ketiga, jejunum, ileum, kolon, kolon sigmoid, dan rektum.
- Mencret (Diare)
Diare terjadi karena adanya rangsangan yang berlebihan pada mukosa usus sehingga gerakan otot usus meningkat dan makanan kurang terserap secara sempurna. Diare termasuk gangguan perncernaan yang paling sering muncul terutama pada anak-anak.
Diare akut kalau anak mencret lebih dari 4 kali sehari. Penyebabnya bisa infeksi, bisa juga hanya karena salah makan, sebagai contoh makanan yang tidak sesuai dengan usia anak, misalnya sudah diberikan makan padat sebelum waktunya.
Faktor kebersihan juga menjadi sebab diare. Diare yang disebabkan bakteri atau salah makan adalah penyebab utama gangguan pencernaan pada anak di bawah 5 tahun (Balita). Selain itu, ada juga diare akibat cacingan.
- Pengobatan mencret
Pengobatan diare yang paling dianjurkan adalah memberikan oralit. Tidak ada anak yang meninggal karena diare, yang ada meninggal karena dehidrasi. Jadi, yang perlu diwaspadai bukan diarenya, melainkan dehidrasinya. Selama cairan tubuhnya cukup, tak perlu khawatir. Salah satu indikator dehidrasi adalah buang air kecilnya.Selama kencingnya cukup, berarti tidak ada dehidrasi. Berikan oralit, karena sudah disesuaikan dengan cairan yang dikeluarkan melalui BAB.”
Oralit mengandung glukose, natrium, kalium, dan bikarbonat untuk menggantikan cairan yang hilang lewat BAB. Sementara pada air putih, natrium dan kaliumnya turun. Anak malah bisa kejang, kembung, dan lemas kalau hanya tergantikan airnya saja. Yang juga harus diperhatikan, jangan menyamakan komposisi oralit untuk anak dan dewasa. “Pada anak, natriumnya lebih rendah. Jadi, kalau mencretnya 2 sendok, jangan memberikan oralit segelas, mencret setengah gelas, jangan memberikan oralit tiga gelas.
Jadinya malah hipernatrium, bisa-bisa anak mengalami koma. Kebutuhan cairan disesuaikan dengan oralit.
- Sembelit (Konstipasi)
Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan dengan gejala mengalami pengerasan feses yang sulit untuk dibuang yang dapat menyebabkan kesakitan pada penderitanya. Konstipasi dapat disebabkan oleh pola makan, hormon, akibat samping obat-obatan, dan juga karena kelainan anatomis. Biasanya, konstipasi disebabkan karena defekasi yang tidak teratur sehingga feses mengeras dan sulit dikeluarkan. Pengobatan konstipasi dapat dilakukan dengan mengubah pola makan, obat pencahar (laksatif), terapi serat, dan pembedahan, walaupun pilihan terakhir jarang dilakukan. Konstipasi hebat disebut juga dengan obstipasi. Gangguan pada sistem pencernaan juga bisa disebabkan karena stres. Sebab stres dapat mempengaruhi sistem saraf dalam tubuh. Sementara penanganan untuk yang susah BAB, harus dilihat dulu apa penyebabnya.
- Wasir atau hemoroid
Wasir atau hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah balik (vena) di dalam anyaman pembuluh darah. Keluhan pertama kali yaitu darah segar menetes setelah buang air besar (BAB). Biasanya tanpa disertai rasa nyeri dan gatal di anus. Pencegahannya adalah perlu diet tinggi serat dengan makan sayur sayuran dan buah-buahan yang bertujuan membuat volume tinjanya besar, tetapi lembek, sehingga saat BAB, karena tidak perlu mengejan dapat merangsang wasir.
- Kanker usus
Kanker usus merupakan penyakit ketiga yang menjadi penyebab kematian di seluruh dunia. Penelitian sebelumnya dengan menggunakan binatang sebagai percobaan, kandungan kalsium yang banyak terdapat pada susu mampu melindungi usus dari serangan kanker. Studi pada manusia juga menunjukan keseluruhan jumlah kalsium yang dikonsumsi sangat positif dakam mengurangi tingkat dari resiko kanker susu ini. Setiap kenaikan 1.000 miligram kalsium sehari atau lebih akan mempu mengurangi 15% resiko dari kanker usus pada wanita dan 10% pada pria. Konsumsi susu dan kalsium bisa mengurangi resiko terkena kanker usus. Keju dan yoghurt juga merupakan hasil olahan dari susu.
iii. Saliva
Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva dapat disebut juga kelenjar ludah atau kelenjar air liur. Semua kelenjar ludah mempunyai fungsi untuk membantu mencerna makanan dengan mengeluarkan suatu sekret yang disebut “salivia” (ludah atau air liur). Pembentukan kelenjar ludah dimulai pada awal kehidupan fetus (4 – 12 minggu) sebagai invaginasi epitel mulut yang akan berdiferensiasi ke dalam duktus dan jaringan asinar. Saliva terdapat sebagai lapisan setebal 0,1-0,01 mm yang melapisi seluruh jaringan rongga mulut. Pengeluaran air ludah pada orang dewasa berkisar antara 0,3-0,4 ml/menit sedangkan apabila distimulasi, banyaknya air ludah normal adalah 1-2 ml/menit. Menurunnya pH air ludah (kapasitas dapar / asam) dan jumlah air ludah yang kurang menunjukkan adanya resiko terjadinya karies yang tinggi. Dan meningkatnya pH air ludah (basa) akan mengakibatkan pembentukan karang gigi.
Ludah diproduksi secara berkala dan susunannya sangat tergantung pada umur, jenis kelamin, makanan saat itu, intensitas dan lamanya rangsangan, kondisi biologis, penyakit tertentu dan obat-obatan. Manusia memproduksi sebanyak 1000-1500 cc air ludah dalam 24 jam, yang umumnya terdiri dari 99,5% air dan 0,5 % lagi terdiri dari garam-garam , zat organik dan zat anorganik. Unsur-unsur organik yang menyusun saliva antara lain : protein, lipida, glukosa, asam amino, amoniak, vitamin, asam lemak. Unsur-unsur anorganik yang menyusun saliva antara lain : Sodium, Kalsium, Magnesium, Bikarbonat, Khloride, Rodanida dan Thiocynate (CNS) , Fosfat, Potassium. Yang memiliki konsentrasi paling tinggi dalam saliva adalah kalsium dan Natrium.
Saliva memiliki beberapa fungsi, yaitu :
1. Melicinkan dan membasahi rongga mulut sehingga membantu proses mengunyah dan menelan makanan
2. Membasahi dan melembutkan makanan menjadi bahan setengah cair ataupun cair sehingga mudah ditelan dan dirasakan.
3. Membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan dan kuman.
4. Mempunyai aktivitas antibacterial dan sistem buffer.
5. Membantu proses pencernaan makanan melalui aktivitas enzim ptyalin (amilase ludah) dan lipase ludah.
6. Berpartisipasi dalam proses pembekuan dan penyembuhan luka karena terdapat faktor pembekuan darah dan epidermal growth factor pada saliva.
7. Jumlah sekresi air ludah dapat dipakai sebagai ukuran tentang keseimbangan air dalam tubuh.
8. Membantu dalam berbicara (pelumasan pada pipi dan lidah)
Macam-macam kelenjar ludah :
1. Kelenjar ludah utama / mayor / besar-besar
Kelenjar-kelenjar ludah besar terletak agak jauh dari rongga mulut dan sekretnya disalurkan melalui duktusnya kedalam rongga mulut.
Kelenjar saliva mayor terdiri dari :
Kelenjar Parotis , terletak dibagian bawah telinga dibelakang ramus mandibula
Kelenjar Submandibularis (submaksilaris) , terletak dibagian bawah korpus mandibula
Kelenjar Sublingualis , terletak dibawah lidah
Kelenjar ludah besar sangat memegang peranan penting dalam proses mengolah makanan.
2. Kelenjar ludah tambahan / minor / kecil-kecil
Kebanyakan kelenjar ludah merupakan kelenjar kecil-kecil yang terletak di dalam mukosa atau submukosa (hanya menyumbangkan 5% dari pengeluaran ludah dalam 24 jam) yang diberi nama lokasinya atau nama pakar yang menemukannya. Semua kelenjar ludah mengeluarkan sekretnya kedalam rongga mulut.
Kelenjar labial (glandula labialis) terdapat pada bibir atas dan bibir bawah dengan asinus-asinus seromukus
Kelenjar bukal (glandula bukalis) terdapat pada mukosa pipi, dengan asinus-asinus seromukus
Kelenjar Bladin-Nuhn ( Glandula lingualis anterior) terletak pada bagian bawah ujung lidah disebelah menyebelah garis, median, dengan asinus-asinus seromukus
Kelenjar Von Ebner (Gustatory Gland = albuminous gland) terletak pada pangkal lidah, dnegan asinus-asinus murni serus
Kelenjar Weber yang juga terdapat pada pangkal lidah dengan asinus-asinus mukus
Kelenjar Von Ebner dan Weber disebut juga glandula lingualis posterior
Kelenjar-kelenjar pada pallatum dengan asinus mucus.
Saliva atau ludah merupakan campuran dari beberapa sekresi kelenjar ludah. Sekresi normal saliva sehari berkisar antara 800 – 1500 ml. Pada umumnya saliva merupakan cairan viskus, tidak berwarna yang mengandung air, mukoprotein, immunoglobulis, karbohidrat komponen-komponen organis seperti, Ca, P, Na, Mg, Cl, Fe, dan J. Kecuali itu saliva mengandung pula enzim amilase yaitu ptialin Selanjutnya saliva juga mengandung sel-sel desquamasi yang lazim disebut korpuskulus salivatorius. Komposisi saliva tadi sangat tergantung pada keaktivan kelenjar-kelenajar ludah. Sekresi kelenjar ludah dapat terjadi oleh beberapa faktor, yaitu : reflek saraf, rangsangan mekanis, rangsangan kimaiwi. Bahan makanan dan zat kimia dapat memberi rangsangan langsung pada mukosa mulut. Bahan makanan juga dapat merangsang serat saraf eferens yang berasal dari bagian thorakal. Sekresi air ludah dapat pula timbul secara reflektoris hanya dengan jalan mencium bau makanan, melihat makanan, atau dengan memikirkan dan membayangkan makanan saja. Saliva mengandung 2 tipe sekresi protein yang utama yaitu : sekresi serus ( merupakan enzim untuk mencernakan serat à ptyalin) , sekresi mukus (untuk pelumasan dan perlindungan permukaan).
C. ALAT DAN BAHAN
• Bahan :
1. Saliva
2. Pasta Amilum 3%
3. Larutan Iodium 2%
4. Larutan Cu-Sulfat 1%
5. Larytan NaOH 40%
6. Pereaksi Benedict
7. Asam Asetat 6%
8. Larutan Glukosa 10%
9. Metilen Biru 0.15% dalam air
10. Pereaksi Biuret
11. Larutan HCl 0.4%
12. Larutan Na-Karbonat 0.5%
13. Larutan Pepsin 5% (dibuat segar)
14. Larutan Pankreatin
15. Indicator Universal
16. Aquadest
• Alat :
1. Mikroskop
2. Incubator
3. Panangas air
4. Stopwatch
5. Lampu Spirtus
6. Thermometer
7. Gelas Kimia
8. Erlenmeyer atau Vial tertutup
9. Tabung reaksi
10. Pipet tetes
11. Kaca object + cover glass
12. Plat tetes
13. Batang Pengaduk
14. Corong
15. Kertas Saring
D. PROSEDUR KERJA
a. Memeriksa Komponen Saliva
i. Uji Mikroskopik
o Satu tetes saliva diwarnai dengan metilen biru dan ditempatkan di atas object gelas kemudian ditutup dengan cover glass.
o Lalu diamati dibawah mikroskop adanya sel-sel epitel, butir-butir lemak, leukosit dan bakteri.
o Bila telah tercapai titik akromik, semua tabung reaksi dipananaskan (yang berisi campuran pasta amilum + saliva dengan larutan Benedict) di penangas air yang telah mendidih selama 5 menit.
o Sebagai pembanding gunakan tabung berisi larutan Benedict yang dicampur dengan 2 ml glukosa 10%.
o Dibiarkan hingga mendingin.
o Lalu diamati perubahan warna yang terjadi.
o Perubahan warna tersebut dapat dijadikan indikator apakah amilum telah dicerna oleh enzim-enzim dalam saliva dan proses pencernaan tersebut telah sampai ke tahap mana.
b. Pencernaan Protein di Lambung
i. Percobaan proses pencernaan protein secara in vitro
o Putih telur dipotong-potong (sampai seperti dikunyah), dimasukkan kedalam gelas kimia.
o Putih telur direndam dengan larutan pepsin 5%.
o Dicatat banyaknya putih telur dan pepsin yang dipergunakan (sampai seluruh putih telur terendam oleh pepsin).
o Ditetesi dengan HCl 0.4% samapai tercapai pH 1.5 atau 2 (menggunakan indicator universal atau pH meter).
o Gelas kimia yang berisi campuran putih telur dan pepsin ditutup dengan plastik dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 3 hari.
o Putih telur dicampurkan dengan pepsin ini harus sering diaduk dan dijaga pH-nya (sekitar 1.5-2) dengan penambahan HCl bila perlu.
o Setelah diinkubasi selama 3 hari, campuran putih telur dan pepsin disaring, kemudian di netralkan dengan beberapa tetes NaOH 40%.
o Jika masih terdapat endapan, dipanaskan sampai mendidih, kemudian disaring.
o Diambil sedikit campuran putih telur dan pepsin, lalu di uji Biuret.
ii. Kondisi optimum untuk aktivitas pepsin
Disiapkan tabung sebanyak 5 buah.
o Pada tabung pertama dimasukkan pepsin 5% sebanyak 5 ml.
o Pada tabung kedua dimasukkan pepsin 5% sebanyak 5 ml dan HCl 0,4% s/d pH 1,5-2.
o Pada tabung ketiga dimasukkan pepsin 5% sebanyak 2 ml dan NaCO3 0,5% sebanyak 5 ml.
o Pada tabung keempat dimasukkan pepsin 5% sebanyak 2 ml dan NaCo3 0,5% sebanyak 5 ml.
o Pada tabung yang kelima dimasukkan aquadest sebanyak 5 ml.
o Pada setiap tabung tersebut dimasukkan sedikit protein.
o Lalu di Inkubasi pada 40°C selama setengah jam.
o Setelah setengah jam, diamati perubahan yang terjadi dengan cara melakukan uji biuret pada setiap tabung.
o Pada tabung satu dan kedua di inkubasi selama 15-20 menit pada suu 40°C.
c. Pencernaan kimiawi di usus halus
i. Percobaan untuk membandingkan kecepatan pencernaan albumin dan serum darah
o Disiapkan 2 buah vial.
o Ke dalam vial 1 dimasukan 3 tetes larutan pankreatin dan 3 tetes putih telur.
o Ke dalam vial 2 dimasukan 3 tetes larutan pankreatin dan 3 tetes serum darah.
o Diinkubasikan vial 1 dan 2 pada suhu 40 oC.
o Ditiap selang 15 menit, diambil sedikit larutan dari vial 1 dan 2.
o Diamati dengan melakukan uji biuret. Dilakukan sampai t=90 menit.
o amati perbedaan kecepatan pencernaan oleh pankreatin terhadap albumin dengan serum darah.
ii. Kerja garam empedu terhadap pencernaan lemak
o Disiapkan 2 buah tabung reaksi. Tabung 1 disi dengan 5 ml air. Tabung 2 diisi dengan air dan detergen.
o Ke dalam tabung 1 dan 2 diteteskan 1 tetes minyak sayur yang telah dicampur pewarna (sudan). Tabung 1 dan 2 dikocok-kocok. Dibiarkan selama 5-10 menit.
o Diamati dan dibandingkan pada tabung mana minyak terdispersi atau teremulsi.
o Dijelaskan pentingnya proses emulsifikasi lemak dalam membantu proseses pencernaan.
E. DATA PENGAMATAN
• Uji Mikroskopik
Pada pengamatan ini menggunakan mikroskop. Dari hasil saliva itu terdapat lemak dan sel-sel epitel.
• Pencernaan Pati oleh Saliva
Waktu Setelah Pencampuran pasta amilum + Saliva Warna Yang Terjadi Pada Uji Iodium Warna Yang Terjadi Pada Uji Benedict
1 menit Ungu Pekat terdapat endapan kuning
2 menit Ungu pekat terdapat endapan kuning
3 menit Ungu pudar sedikit terdapat endapan kuning
6 menit Ungu pudar sedikit terdapat endapan kuning
9 menit Ungu pudar sedikit terdapat endapan kuning
10 menit Ungu pudar sedikit terdapat endapan kuning
11 menit Ungu pudar sedikit terdapat endapan kuning
12 menit Ungu pudar sedikit terdapat endapan kuning
17 menit Ungu pudar dan terdapat kuning terdapat endapan kuning
22 menit Ungu pudar dan terdapat kuning terdapat endapan kuning
24 menit Ungu pudar dan terdapat kuning terdapat endapan kuning
27 menit Ungu pudar dan terdapat kuning terdapat endapan kuning
31 menit Ungu pudar dan terdapat kuning terdapat endapan kuning
• Percobaan Proses Pencernaan Protein Secara in vitro
Sebelum di inkubasi pH larutan 2. Namun setelah di inkubasi selama 3 hari pada Senin, 7 Maret 2011 mengalami perubahan pH menjadi 3. Lalu disaring dengan kertas saring, kemudian dinetralkan dengan menetesi NaOH sebanyak 8 tetes. Setelah pH netral, dilanjutkan dengan menetesi Biuret sebanyak 10 tetes dan mengalami perubahan warna menjadi merah keunguan.
• Kondisi Optimum Aktivitas Pepsin
Sebelum di Inkubasi, pada tabung pertama berwarna hijau muda dan terdapat gumpalan putih. Pada tabung kedua, campuran tersebut bening dan terdapat gumpalan putih. Pada tabung ketiga, berwarna putih dan terdapat gumpalan putih dengan pH 2. Pada tabung keempat, berwarna kuning keruh dan terdapat gumpalan putih. Pada tabung kelima, warna sama dengan tabung keempat namun terdapat gelembung berwarna putih.
Kemudian tabung-tabung tersebut di Uji Biuret. Pada tabung ketiga, keempat dan kelima berubah menjadi warna ungu di bagian atas. Pada tabung ketiga lebih cepat bereaksi dan pada tabung lainnya tidak mengalami perubahan apapun.
• Pencernaan Kimiawi di Usus Halus
Waktu Yang Setelah Pencampuran dengan Pankretain Hasil Uji Biuret
Albumin Serum
15 menit + (biru kuning) ++ (biru)
30 menit + (biru) ++ (biru)
45 menit + (biru kuning) ++ (biru)
60 menit + (biru kuning) ++ (biru)
75 menit + (biru kuning) ++ (biru)
90 menit + (biru kuning) ++ (biru)
• Kerja Garam Empedu Terhadap Pencernaan Lemak
Pada tabung pertama, masih terbentuk air dan lemak. Sedangkan pada tabung kedua, campuran (air + deterjen + lemak) terbentuk buih. Setelah dikocok selama 10 menit, pada tabung pertama teremulsi dengan 2 fasa. Pada tabung kedua, mengalami teremulsi juga namun dengan 1 fasa.
F. PEMBAHASAN
• Uji Mikroskopik
Pada percobaan ini dibuktikan memang benar didalam saliva banyak terbentuk sel-sel yang terlihat pada mikroskop. Diantaranya terdapat sel epitel dan lemak.
Contoh-contoh bentuk amilum dalam mikroskop :
• Pencernaan Amilum oleh Saliva
Pada percobaan ini kami tidak menemukan titik akromik pada uji larutan amilum+saliva dengan uji iodium. Titik akromik adalah ahap atau titik ketika larutan tersebut tidak memberi warna lagi. Artinya enzim amilase yang terkandung di dalam saliva telah menjalankan fungsinya secara optimum untuk memecah amilum menjadi molekul yang lebih sederhana. (Kurnadi,2001). Warna ungu ini merupakan hasil positif untuk uji iodium, artinya terdapat amilum dalam larutan tersebut. Namun data pengamatan menunjukan warna ungu pudar dan kekuningan, kemungkinan kadar enzim amilasenya banyak atau bekerja sangat cepat sehingga amilum telah terpecah menjadi molekul sederhana (akhrodekstrin). Pada uji iodium ini harus memerlukan waktu dan alat yang cukup banyak untuk mengubah menjadi tidak berwarna. Biasanya hal ini, banyak faktor yang mempengaruhinya selain waktu dan alat yang cukup banyak, contohnya dengan pengaruh suhu, pH dan konsentrasi.
Suhu berpengaruh terhadap fungsi enzim karena reaksi kimia menggunakan katalis enzim yang dapat dipengaruhi oleh suhu. Di samping itu, karena enzim adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi dan bagian aktif enzim akan terganggu, sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang. Kemudian pH berpengaruh terhadap fungsi enzim karena pada umumnya efektifitas maksimum suatu enzim pada pH optimum, yang lazimnya berkisar antara pH 4,5 – 8,0.
Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah umumnya enzim menjadi non aktif secara irreversibel karena menjadi denaturasi protein. Kemudian konsentrasi enzim, seperti pada katalis lain kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim tergantung pada konsentrasi enzim tersebut.Pada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim. konsentrasi substrat, hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepat reaksi. Akan tetapi, pada batas tertentu tidak terjadi kecepatan reaksi, walaupn konsenrasi substrat diperbesar.
Setelah uji iodium, dilakukan uji Benedict. Benedict bertujuan untuk uji gula pereduksi. Menurut teori,ereaksi benedict ini berupa larutan yang mengandung kuprisulfat, natriumkarbonat, dan natriumsitrat. Glukosa dapat mereduksi ion Cu2+ dari kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang kemudian mengendap sebagai Cu2O. Adanya natriumkarbonat dan natriumsitrat membuat pereaksi benedict bersifat basa lemah. Endapan yang terbentuk berwarna hijau, kuning atau merah bata. Warna endapan ini tergantung pada konsentrasi karbohidrat yang diperiksa.
Uji benedict dilanjutkan dengan pemanasan menghasilkan warna kuning pada tabung reaksi yang berisi larutan pasta amilum + saliva. Endapan merah bata, kuning atau hijau yang dihasilkan menunjukkan positif mengandung gula pereduksi.
Enzim yang berperan dalam membantu proses pencernaan dalam mulut dikenal dengan nama lipase dan enzim amilase. Enzim lipase dan enzim amilase dalam mulut sangat membantu proses pencernaan makanan dalam mulut. Enzim lipase berfungsi menguraikan zat gula dalam makanan menjadi zat gula lainnya yang dinamakan monosakarida dan disakarida. Sedangkan enzim amilase berfungsi menguraikan zat tepung (karbohidrat) yang terdapat dalam makanan menjadi zat gula yang disebut polisakarida.Adanya kedua enzim tersebut membuat proses pencernaan yang dilakukan dalam mulut dipercepat sehingga dengan bantuan lidah dan gerakan otot pada kerongkongan, proses pencernaan dilanjutkan di dalam lambung, usus kecil, dan usus besar.
• Percobaan Proses Pencernaan Protein secara in vitro
Pada percobaan ini mebandingkan dengan pencernaan di lambung. Putih telur di tambah pepsin berfungsi untuk mengubah protein menjadi pepton. Setelah di inkubasi 37°C selama 3 hari terdapat endapan dan menjadi larut karena suhu mempengaruhi kelarutan. Apabila masih terdapat endapan maka di saring terlebih dahulu.
Pada pencernaan di lambung otot lambung berkontraksi mengaduk-aduk bolus, memecahnya secara mekanis, dan mencampurnya dengan getah lambung. Getah lambung mengandung HCl, enzim pepsin, dan renin. HCl berfungsi untuk membunuh kuman-kuman yang masuk berasama bolus akan mengaktifkan enzim pepsin.
• Kondisi Optimum Untuk Aktivitas Pepsin
Pepsin adalah enzim yang terdapat dalam perut yang akan mulai mencerna protein dengan memecah protein menjadi bagian–bagian yang lebih kecil. Enzim ini termasuk protease; pepsin disekresi dalam bentuk inaktif, pepsinogen, yang akan diaktifkan oeh asam lambung. Enzim ini diproduksi oleh bagian mukosa dalam perut yang berfungsi untuk mendegradasi protein (Anonim, 2006).
Enzim pepsin memiliki pH optimum 2-4 dan akan inaktif pada pH diatas 6. Pepsin adalah salah satu dari 3 enzim yang berfungsi untuk mendegradasi protein yang lain adalah kemotripsin dan tripsin. Pepsin disintesa dalam bentuk inaktif oleh lambung; asam hidroklori; juga diproduksi oleh gastric mucosa dan kemudian akan diaktifkan pada pH optimum yaitu 1-3 (Anonim, 2006).
Dapat dilihat dari hasil pengamatan bahwa tabung ketiga yang mengandung HCl lebih cepat terhidrolisis dibanding dengan tabung yang lain. Dengan adanya HCl akan mengubah pepsinogen menjadi pepsin. Dalam bentuk pepsin inilah baru bisa dimanfaatkan untuk memecah molekul protein.. Semua itu dikarenakan pada tabung ketiga terdapat kondisi asam yang sama dengan kondisi asam di lambung jadi lebih cepat bereaksi. Sedangkan pada tabung keempat berisi Na2CO3 yang bersifat basa yang akan sukar menghidrolisis pepsin.
Fungsi HCl pada lambung diantaranya yaitu merangsang keluamya sekretin, mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin untuk memecah protein, desinfektan, merangsang keluarnya hormon kolesistokinin yang berfungsi merangsang empedu mengeluarkan getahnya.
• Percobaan Untuk Membandingkan Kecepatan Pencernaan Albumin dan Serum Darah
Pada percobaan ini mengamati kecepatan pencernaan albumin dan serum darah. Salah satu zat yang terkandung di dalam serum adalah albumin yang merupakan protein globular (Podjiadi, 1994). Protein ini memiliki sifat-sifat yang khas, salah stunya dapat terdenaturasi atao terjadi perubahan struktur, hal ini dapat di tandai dengan terbentuknya endapan. Terbentuknya endapan dapat di lakukan dengan penambahan asam, ion logam, gram divalent, atau dengan pemanasan (Arakawa dan Timashiff, 1984).
Makanan yang mengalami pencernaan secara kimiawi adalah karbohidrat, protein, dan lemak. Hasil akhir pencernaan protein menjadi asam amino. Larutan pankreatin digunakan untuk mengubah protein menjadi pepton atau untuk mengeluarkan enzim-enzim protein, protein di usus dicerna menjadi pepton, maka pepton akan diuraikan oleh enzim tripsin, kimotripsin, dan erepsin menjadi asam amino. Biuret digunakan untuk melihat perbedaan kecepatan antara albumin dan serum dengan berubahnya warna. Pada menit ke nol albumin warna lebih cepat berubah.
Terjadi perbedaan kecepatan pencernaan antara sebelum dan ketika di inkubasi karena suhu mempengaruhi kelarutan, jadi pencernaan oleh serum darah lebih cepat dibandingkan pencernaan albumin karena ukuran partikel serum darah itu lebih kecil sehingga labih cepat di cerna.
Pada umumnya kelenjar ludah kaya dengan pembuluh darah. Pembuluh darah besar berjalan bersama-sama dengan duktusnya pada jaringan ikat interlobularis dan memberi cabang-cabang mengikuti cabang-cabang duktusnya kedalam lobuli, dimana pada akhirnya ia membentuk anyaman-anyaman kapiler mengitari asinus dan akhirnya kembali membentuk vena yang berjalan bersama-sama dengan pembuluh darah arterinya.
• Kerja Garam Empedu Terhadap Pencernaan Lemak
Pada percobaan ini garam empedu diganti dengan deterjen. Di percobaan ini mengamati terjadinya emulsi dan dispersi, dilakukan dengan menggunakan air, minyak dan larutan deterjen. Emulsi merupakan jenis koloid dengan fase terdispersinnya berupa fase cair dengan medium pendispersinya bisa berupa zat padat, cair, ataupun gas. Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil,sehingga dibutuhkan zat pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkan.
Pemecahan lemak dengan cara hidrolisis dibantu oleh garam asam empedu yang terdapat dalam cairan empedu dan berfungsi sebagai emulgator. Dengan adanya garam asam empedu sebagai emulgator, maka lemak dalam usus dapat dipecah-pecah menjadi partikel-partikel kecil sebagai emulsi, sehingga luas permukaan lemak bertambah besar. Hal ini menyebabkan proses hidrolisis berjalan lebih cepat
Pada percobaan ini terjadi tabung satu dan kedua sama-sama teremulsi namun terjadi perbedaan fasa setiap tabungnya. Yang membedakannya dari suatu kelarutan setiap tabung tersebut.
G. KESIMPULAN
1. Percobaan ini adalah suatu bentuk analisa aktivitas enzim amilase liur, yang ditujukan untuk mengetahui pengaruh temperature dan pH terhadap aktivitas enzim amilase liur.
2. Dapat mengetahui kandungan dan komponen yang terdapat saliva.
3. Saliva dapat membantu mempermudah untuk menghancurkan makanan secara kimiawi.
4. Kondisi optmum untuk aktivitas pepsin harus dalam keadaan asam.
5. Titik akromik menunjukkan aktivitas optimum dari saliva (oleh enzim amilase) dalam menghidrolisis amilum menjadi molekul yang lebih sederhana sehingga dapat dilakukan proses pencernaan selanjutnya.
H. DAFTAR PUSTAKA
• Regina dan Nahak M Maria, Dasar-Dasar Imlu Pencabutan Gigi. Akademi Kesehatan Gigi Denpasar.
• Lehninger, A.L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jilid Satu. Erlangga: Jakarta.
• Anonim. 2000. Sistem Pencernaan Makanan pada http://bebas.ui.ac.id/
• Kalbe Farma. 2008. Tummy Facts pada http://www.ahlinyalambung.com/
• Afandi. 2009. Berbagai Kelainan dan Penyakit Saluran Pencernaan pada http://dahlanforum.wordpress.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar