Jumat, 29 April 2011

sistem saraf ( laporan anfisman )

PERCOBAAN V
SISTEM SARAF
I. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan struktur sel dan jaringan yang menyusun sistem saraf, anatomi dan fungsi otak, anatomi sumsum tulang belakang serta fungsi-fungsinya dan fungsi-fungsi sistem saraf otonom.

II. Teori Dasar
Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Pada manusia terdapat sistem saraf yang jauh lebih berkembang dari pada sistem saraf mahluk lain ( khususnya otak ). Sistem saraf berfungsi menerima rangsang ( stimulus ) dari lingkungan atau rangsang yang terjadi di dalam tubuh, mengubah, menghantar dan mengolah rangsang serta mengkoordinasi dan mengatur fungsi tubuh melalui impuls-impuls yang di bebaskan dari pusat ke perifer.
Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam. Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu:
• Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.
• Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.
• Efektor adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar.
Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron bergabung membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsangan). Satu sel saraf tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson.
a. Badan sel
Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf. Badan sel berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson. Pada badan sel saraf terdapat inti sel, sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom, dan badan nisel. Badan nisel merupakan kumpulan retikulum endoplasma tempat transportasi sintesis protein.
b. Dendrit
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang. Dendrit merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan sel.
c. Akson
Akson disebut neurit. Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan perjuluran sitoplasma badan sel. Di dalam neurit terdapat benang-benang halus yang disebut neurofibril. Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang banyak mengandung zat lemak dan berfungsi untuk mempercepat jalannya rangsangan. Selaput mielin tersebut dibungkus oleh sel- sel sachwann yang akan membentuk suatu jaringan yang dapat menyediakan makanan untuk neurit dan membantu pembentukan neurit. Lapisan mielin sebelah luar disebut neurilemma yang melindungi akson dari kerusakan. Bagian neurit ada yang tidak dibungkus oleh lapisan mielin. Bagian ini disebut dengan nodus ranvier dan berfungsi mempercepat jalannya rangsangan.

Ada tiga macam sel saraf yang dikelompokkan berdasarkan struktur dan fungsinya, yaitu:
• Sel saraf sensorik, adalah sel saraf yang berfungsi menerima rangsangan dari reseptor yaitu alat indera.
• Sel saraf motorik, adalah sel saraf yang berfungsi mengantarkan rangsangan ke efektor yaitu otot dan kelenjar. Rangsangan yang diantarkan berasal atau diterima dari otak dan sumsum tulang belakang.
• Sel saraf penghubung, adalah sel saraf yang berfungsi menghubungkan sel saraf satu dengan sel saraf lainnya. Sel saraf ini banyak ditemukan di otak dan sumsum tulang belakang. Sel saraf yang dihubungkan adalah sel saraf sensorik dan sel saraf motorik.
• Saraf yang satu dengan saraf lainnya saling berhubungan. Hubungan antara saraf tersebut disebut sinapsis. Sinapsis ini terletak antara dendrit dan neurit. Bentuk sinapsis seperti benjolan dengan kantung-kantung yang berisi zat kimia seperti asetilkolin (Ach) dan enzim kolinesterase. Zat-zat tersebut berperan dalam mentransfer impuls pada sinapsis.
Impuls adalah rangsangan atau pesan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan luar, kemudian dibawa oleh neuron. Impuls dapat juga dikatakan sebagai serangkaian pulsa elektrik yang menjalari serabut saraf. Contoh rangsangan adalah sebagai berikut:
• Perubahan dari dingin menjadi panas
• Perubahan dari tidak ada tekanan pada kulit menjadi ada tekanan
• Berbagai macam aroma yang tercium oleh hidung
• Suatu benda yang menarik perhatian.
• Suara bising
• Rasa asam, manis, asin dan pahit pada makanan
Impuls yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan menyebabkan terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Gerak sadar
Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang panjang. Bagannya adalah sebagai berikut:






b. Gerak refleks
Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan tidak melewati otak. Bagannya sebagai berikut:


Susunan sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom.
1. Sistem saraf pusat
• Otak
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari segala kegiatan manusia. Otak terletak di dalam rongga tengkorak, beratnya lebih kurang 1/50 dari berat badan. Bagian utama otak adalah otak besar (Cerebrum), otak kecil (Cerebellum), dan batang otak. Otak besar merupakan pusat pengendali kegiatan tubuh yang disadari. Otak besar dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan kanan dan belahan kiri.
Masing-masing belahan pada otak tersebut disebut hemister. Otak besar belahan kanan mengatur dan mengendalikan kegiatan tubuh sebelah kiri, sedangkan otak belahan kiri mengatur dan mengendalikan bagian tubuh sebelah kanan.
Otak kecil terletak di bagian belakang otak besar, tepatnya di bawah otak besar. Otak kecil terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan luar berwarna kelabu dan lapisan dalam berwarna putih. Otak kecil dibagi menjadi dua bagian, yaitu belahan kiri dan belahan kanan yang dihubungkan oleh jembatan varol. Otak kecil berfungsi sebagai pengatur keseimbangan tubuh dan mengkoordinasikan kerja otot ketika seseorang akan melakukan kegiatan.
Batang otak tersusun dari medula oblangata, pons, dan otak tengah. Batang otak terletak di depan otak kecil, di bawah otak besar, dan menjadi penghubung antara otak besar dan otak kecil. Batang otak disebut dengan sumsum lanjutan atau sumsum penghubung. Batang otak terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan dalam dan luar berwarna kelabu karena banyak mengandung neuron. Lapisan luar berwarna putih, berisi neurit dan dendrit. Fungsi dari batang otak adalah mengatur refleks fisiologis, seperti kecepatan napas, denyut jantung, suhu tubuh, tekanan, darah, dan kegiatan lain yang tidak disadari.
• Sumsum tulang belakang
Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga tulang belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang pinggang yang kedua. Sumsum tulang belakang terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan luar berwana putih dan lapisan dalam berwarna kelabu. Lapisan luar mengandung serabut saraf dan lapisan dalam mengandung badan saraf.
Di dalam sumsum tulang belakang terdapat saraf sensorik, saraf motorik, dan saraf penghubung. Fungsinya adalah sebagai penghantar impuls dari otak dan ke otak serta sebagai pusat pengatur gerak refleks.
2. Sistem Saraf Tepi
Sistem saraf tepi tersusun dari semua saraf yang membawa pesan dari dan ke sistem saraf pusat. Kerjasama antara sistem pusat dan sistem saraf tepi membentuk perubahan cepat dalam tubuh untuk merespon rangsangan dari lingkunganmu. Sistem saraf ini dibedakan menjadi sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom.
• Sistem saraf somatis
Sistem saraf somatis terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan 31 pasang saraf sumsum tulang belakang. Kedua belas pasang saraf otak akan menuju ke organ tertentu, misalnya mata, hidung, telinga, dan kulit. Saraf sumsum tulang belakang keluar melalui sela-sela ruas tulang belakang dan berhubungan dengan bagian-bagian tubuh, antara lain kaki, tangan, dan otot lurik.
Saraf-saraf dari sistem somatis menghantarkan informasi antara kulit, sistem saraf pusat, dan otot-otot rangka. Proses ini dipengaruhi saraf sadar, berarti kamu dapat memutuskan untuk menggerakkan atau tidak menggerakkan bagian-bagian tubuh di bawah pengaruh sistem ini. Contoh dari sistem saraf somatis adalah sebagai berikut:
 Ketika kita mendengar bel rumah berbunyi, isyarat dari telinga akan sampai ke otak.Otak menterjemahkan pesan tersebut dan mengirimkan isyarat ke kaki untuk berjalan mendekati pintu dan mengisyaratkan ke tangan untuk membukakan pintu.
 Ketika kita merasakan udara di sekitar kita panas, kulit akan menyampaikan informasi tersebut ke otak. Kemudian otak mengisyaratkan pada tangan untuk menghidupkan kipas angin.
 Ketika kita melihat kamar berantakan, mata akan menyampaikan informasi tersebut ke otak, otak akan menterjemahkan informasi tersebut dan mengisyaratkan tangan dan kaki untuk bergerak membersihkan kamar.
• Sistem saraf otonom
otonom Sistem saraf mengatur kerja jaringan dan organ tubuh yang tidak disadari atau yang tidak dipengaruhi oleh kehendak kita. Jaringan dan organ tubuh diatur oleh sistem saraf otonom adalah pembuluh darah dan jantung. Sistem saraf otonom terdiri atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik.
Sistem saraf simpatik disebut juga sistem saraf torakolumbar, karena saraf preganglion keluar dari tulang belakang toraks ke-1 sampai dengan ke-12. Sistem saraf ini berupa 25 pasang ganglion atau simpul saraf yang terdapat di sumsum tulang belakang. Fungsi dari sistem saraf simpatik adalah sebagai berikut:
 Mempercepat denyut jantung
 Memperlebar pembuluh darah
 Memperlebar bronkus
 Mempertinggi tekanan darah
 Memperlambat gerak peristaltis
 Memperlebar pupil
 Menghambat sekresi empedu
 Menurunkan sekresi ludah
 Meningkatkan sekresi adrenalin
Sistem saraf parasimpatik disebut juga dengan sistem saraf kraniosakral, karena saraf preganglion keluar dari daerah otak dan daerah sakral. Susunan saraf parasimpatik berupa jaring - jaring yang berhubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Urat sarafnya menuju ke organ tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf simpatik.
Sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi yang berkebalikan dengan fungsi sistem saraf simpatik. Contohnya:
 Memperlambat denyut jantung
 Memperkecil pembuluh darah
 Memperkecil bronkus
 Memperendah tekanan darah
 Mempercepat gerak peristaltis
 Memperkecil pupil
 Menstimulasi sekresi empedu
 Menaikkan sekresi ludah
 Menurunkankan sekresi adrenalin

III. Alat dan Bahan

 Alat
• Alat bedah
• Papan bedah
• Toples
• Statif dan klem
• Jarum
• Cawan petri
• Pipet tetes


 Bahan
• Asam asetat 2 %
• Air
• Larutan adrenalin 5 % b/v
• Larutan asetil kholin 5 % b/v
• Larutan NaCl o,9 %
• Mata katak ( 2 buah perkelopak )
• Hewan percobaan (2 buah katak
IV. Prosedur percobaan
Fisiologi
1. Sistem saraf
Percobaan meliputi pengamatan katak menurut kondisi sarafnya
a. Pengamatan pada katak dengan kondisi saraf normal ( katak normal )
• Katak di masukan ke dalam toples
• Kemudian katak diamati : pernapasan, gerak melompat, posisi kepala, gerak buka tutup mata
• Bejana dimiringkan pada berbagai posisi untuk mengamati kemampuan katak dalam menjaga keseimbangan tubuh
• Setelah itu katak di letakkan terlentang
• Dilakukan pengamatan refleks katak dengan cara:
 Katak digantung pada statif dengan mengikat kedua kaki depan nya. Sebuah jari kaki katak di jepit dengan pinset, refleks penarikan kaki diamati.
 Katak ditelentangkan, dada dan katak dibasahi dengan asam asetat 2 %. Dilakukan pengamatan apakah katak berusaha umtuk menghilangkan asam tersebut dengan anggota badannya.
 Toples diisi dengan air sampai stengah penuh. Katak dimasukkan ke dalam toples dan gerakannya diamati pada waktu berenang
b. Pengamatan pada katak dengan kondisi otak sudah dirusak( katak refleks/katak spinal )
• Di lakukan pengrusakan otak katak normal dngan cara Jarum dilewatkan melalui foramen magnum ke dalam otak
• Kemudian Jarum digerakkan kekiri dan ke kanan
• Dilakukan pengamatan seprti pada katak normal
c. Pengamatan pada katak dengan kondisi otak dan sumsum tulang belakang sudah dirusak ( katak tanpa sistem saraf )
• Asam yang tertinggal pada katak spinal di bersihkan
• Jarum dimasukkan ke saluran vertebrata katak spinal tersebut mulai dari tengkuk ( akibatnya: seluruh sistem saraf katak menjadi rusak)
• Lakukan pengaatan seperti pada katak normal
d. Pengamatan pada katak dengan kondisi otak hilang
• Seekor katak sehat di gunting rahang atas dan kraniumnya tepat di belakang mata ( rahang bawah tidak di gunting )
• Lakukan pengamatan seperti pada katak normal
2. Sistem saraf otonom
Percobaan yang di lakukan meliputi pengamatan efek adrenergik dan kolinergik pada pupil mata katak
• Kepala katak yang mengandung mata dipisahkan dari badan katak
• Kepala katak tersebut digunting longitudinal, sehingga setiap bagian mengandung satu mata
• Mata katak yg masih mengandung selaput dikeluarkan
• Diameter pupil mata katak diukur
• Satu mata katak direndam dalam cawan petri berisi larutan adrenalin 5 % b/v dan mata katak yang lainnya dalam larutan asetilkholin 5 % b/v
• Pupil mata katak tersebut diamati perubahannya




V. Gambar sel saraf dan anatomi fsiologi katak




























VI. Data Pengamatan
a) Sistem Saraf Pusat
Pengamatan aktivitas katak Kondisi katak
Katak normal Katak spinal Katak tanpa sistem saraf Katak dengan otak hilang
Pernapasan +++ + + -
Gerak melompat +++ + + -
Gerak buka tutup mata +++ + + -
Keseimbangan tubuh +++ - - -
Righting refleks +++ ++ - -
Refleks penarikan kaki +++ +++ +++ -
Respon terhadap asam +++ +++ +++ +
Gerakan berenang +++ +++ +++ +

b) Sistem Saraf Otonom
Waktu Diameter (cm)
Pilokarfin/Asetilkolin Efinefrin/Adrenalin
t0 0,42 0,34
t5 0,40 0,61
t10 0,32 0,65
t15 0,26 0,69










Grafik perbandingan pilokarfin dan efinefrin

VII. Pembahasan
VII.1. Sistem Saraf Pusat
a. katak dengan kondisi saraf normal ( katak normal )
Pada katak normal yang telah di berikan beberapa perlakuan. Katak dapat merespon dengan baik. Hal ini dikarenakan katak memiliki sistem saraf yang mana saraf-saraf tersebut dapat menghantarkan stimulus ke otak hingga menimbulkan respon. Respon akan ditanggapi oleh neuron dengan mengubah potensial yang ada antara permukaan luar dan dalam dari membran. Sel-sel dengan sifat ini disebut dapat dirangsang (excitable) dan dapat diganggu (Irritable). Neuron ini segera bereaksi tehadap stimulus dan dimodifikasi potensial listrik dapat terbatas pada tempat yang menerima stimulus atau dapat disebarkan ke seluruh bagian neuron oleh membran. Penyebaran ini disebut potensial aksi atau impuls saraf yang mampu melintasi jarak yang jauh impuls saraf menerima informasi ke neuron lain, baik otot maupun kelenjar. Refleks merupakan suatu respon organ efektor (otot ataupun kelenjar) yang bersifat otomatis atau tanpa sadar terhadap suatu stimulus tertentu. Refleks pada amphibia merupakan konsep dari suatu ritme yang melekat dalam sistem syaraf pusat yang telah ditentukan selama perkembangan. Katak yang telah pulih dari shock spinal (akibat dari operasi pemutusan), akan menarik sebuah kakinya apabila diberi stimulasi. Apabila kaki yang terstimulasi itu dicegah agar tidak melengkung, kaki satunya akan bereaksi melengkung (Frandson, 1993). Menurut Hildebrand (1995), sumsum tulang belakang sebagai syaraf perifer mengandung tali spinal sehingga menimbulkan sinap yang dibawa neuron yang selanjutnya menyebabkan gerak refleks. Asam asetat termasuk larutan elektrolit kuat yang dapat menghantarkan listrik, sifat hantaran listrik ini disebabkan karena adanya partikel bermuatan positif dan negatif. Larutan asam asetat bersifat asam yang digunakan pada saat praktikum berfungsi untuk memberikan rangsangan kimiawi sehingga menimbulkan gerak reflek. Mekanisme gerak reflek dapat disederhanakan dengan skema sebagai berikut :

Stimulus - neuron sensori - tali spinal interneuron - neuron motorik – efektor

Berdasarkan fungsinya, sel neuron dapat dibedakan menjadi 4 Bagian:
1) Neuron sensorik (nouron aferen) yauitu sel saraf yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor ke pusat susunan saraf. Neuron memiliki dendrit yang berhubungan dengan reseptor (penerima rangsangan) dan neurit yang berhubungan dengan sel saraf lainnya.
2) Neuron Motorik (nouronaferen), yaitu sel saraf yang berfungsi untuk menyampaikan impuls motorik dari susunan saraf pusat ke saraf efektor. Dendrit menerima impuls dari akson neuron lain, sedangkan aksonnya berhubungan dengan efektor.
3) Neuron konektor adalah sel saraf yang bertugas menghubungkan antara neuron yang satu dengan yang lainnya.
4) Neuron ajustor, yaitu sel saraf yang bertugas menghubungkan neuron sensorik dan neuron motorik yang terdapat di dalam sumsum tulang belakang atau di otak.
Jadi, katak pada kondisi normal masih dapat memberikan respon yang kuat karena sistem saraf pusat yang dimiliki masih bekerja dengan baik (tidak ada kerusakan pada otak dan sumsum tulang belakang katak).

b. katak dengan kondisi otak sudah dirusak( katak refleks/katak spinal )
Pada katak spinal respon positif atau reaksi kuat terjadi pada refleks pembalikan tubuh, penarikan kaki, respon terhadap asam dan gerakan berenang. Percobaan ini sesuai dengan pernyataan Ville et al. (1988) bahwa, refleks masih terjadi karena pusat dari refleks spinal tidak berada dalam otak melainkan pada sumsum tulang belakang yang terpisah dari otak. Berdasarkan pernyataan tersebut terjadi refleks ketika perlakuan penarikan kaki dan pembalikan tubuh serta respon terhadap asam. Sedangkan pada pernafasan, gerakan melompat dan gerak buka tutup mata memberikan respon yang lemah karena pada peristiwa ini otak yang berperan dalam refleks fisiologis tersebut. Katak spinal merupakan katak dengan kondisi otak yang rusak tetapi respon yang dihasilkan tetap ada namun katak merespon stimulus sangat lama. Hal ini dikarenakan sistem saraf pada otaknya telah mengalami kerusakan pada saat penusukan dengan kawat atau jarum pada saat praktikum. Pada katak spinal sudah tidak memiliki keseimbangan tubuhnya karena keseimbangan tubuh diatur oleh otak.



c. katak dengan kondisi otak dan sumsum tulang belakang sudah dirusak ( katak tanpa sistem saraf )
Adanya perusakan pada sumsum tulang belakang katak memberikan hasil positif pada refleks penarikan kaki, respon terhadap asam dan gerakan berenang. Hal ini terjadi karena perusakan pada sumsum tulang belakangnya tidak 100% rusak sehingga masih menimbulkan respon yang kuat terhadap refleks penarikan kaki, respon terhadap asam dan gerakan berenang. Menurut Pearc (1989) menyatakan bahwa sumsum tulang belakang merupakan pusat gerak refleks, sehingga semakin tinggi tingkat perusakan sumsum tulang belakang maka semakin lemah respon yang diberikan. Perusakan tulang belakang juga merusak tali spinal sebagai jalur syaraf, namun dengan adanya respon refleks yang sederhana dapat terjadi melalui aksi tunggal dari tali spinal meskipun adanya perusakkan sumsum tulang belakang. Tetapi katak tidak memberikan respon positif pada righting refleks karena righting refleks diatur oleh sumsum tulang belakang. Kerusakan pada sumsum tulang belakang ini sudah tidak dapat merespon pembalikan tubuhnya sendiri. Pernafasan, gerak melompat dan gerak buka tutup mata memberikan respon yang lemah. Ini terjadi karena otaknya yang rusak yang menyebabkan keseimbangan pada tubuhnya pun tidak ada.

d. katak dengan kondisi otak hilang
pada kondisi ini, katak memberikan respon sangat lemah terhadap asam dan gerakan berenang, hal ini disebabkan respon yang diberikan oleh sumsum tulang belakang. Sedangkan katak memberikan respon negatif pada aktifitas yang lain, karena otak pada katak ini dihilangkan sehingga tidak bisa merespon stimulus yang diberikan.

VII.2. Sistem Saraf Otonom

Pada sistem ini, efinefrin merangsang pengeluaran noradrenalin sehingga merangsang kontraksi otot polos dan pupil membesar. Sedangkan pilokarfin merangsang pengeluaran asetilkolin sehingga merangsang relaksasi otot polos dan pupil mengecil. Semakin lama efinefrin dan pilokarfin merangsang, semakin besar dan kecil perubahan pupil.


VIII. Kesimpulan
• Ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu: Reseptor, Penghantar impuls, Efektor.
• otonom Sistem saraf mengatur kerja jaringan dan organ tubuh yang tidak disadari atau yang tidak dipengaruhi oleh kehendak kita.
• Mekanisme gerak reflek dapat disederhanakan dengan skema sebagai berikut :
Stimulus - neuron sensori - tali spinal interneuron - neuron motorik – efektor
• Pada kondisi katak normal, katak memberikan respon sangat kuat karena katak masih memiliki sistem saraf pusat yang normal sehingga penyampaian impuls tidak terganggu.
• sumsum tulang belakang sebagai syaraf perifer mengandung tali spinal sehingga menimbulkan sinap yang dibawa neuron yang selanjutnya menyebabkan gerak refleks.
• Larutan asam asetat bersifat asam yang digunakan pada saat praktikum berfungsi untuk memberikan rangsangan kimiawi sehingga menimbulkan gerak reflek.
• Katak spinal merupakan katak dengan kondisi otak yang rusak tetapi respon yang dihasilkan tetap ada namun katak merespon stimulus sangat lama. Hal ini dikarenakan sistem saraf pada otaknya telah mengalami kerusakan pada saat penusukan dengan kawat atau jarum pada saat praktikum.
• Pada kondisi katak tanpa sistem saraf, katak tidak memberikan respon positif pada righting refleks karena righting refleks diatur oleh sumsum tulang belakang. Kerusakan pada sumsum tulang belakang ini sudah tidak dapat merespon pembalikan tubuhnya sendiri. Pernafasan, gerak melompat dan gerak buka tutup mata memberikan respon yang lemah.
• Pada katak dengan kondisi otak dihilangkan memberikan respon sangat lemah terhadap asam dan gerakan berenang karena sumsum tulang belakang yang rusak dan memberikan respon negatif pada gerakan lain karena otak sudah tidak ada sehingga tidak da yang mengolah, menerima dan mengatur stimulus yang ada.




IX. Daftar Pustaka
Frandson, R. D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Ville, C.A., W.F. Walker, Jr. dan R.D. Barnes. 1988. Zoologi Umum. Erlangga, Jakarta.
Pearce, E. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta
Hildebrand, M. 1995. Analysis of Vertebrate Structure, 4th Edition. John Willey&Sons INC, New York.
http://www.scribd.com/doc/6578595/Sistem-Saraf/20/03/2011
http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/00-9d.htm/19/03/2011
http://naniegreenholic.blogspot.com/p/reflek-spinal-katak.html/20/03/2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar